Ke Dieng Bareng Blogger Yang Takut Nasi: part#1

By Manjie - 17.51

Ke Dieng Bareng Blogger Yang Takut Nasi: part#1 - Sebuah pengalaman tersendiri ketika kita harus membuat janji bertemu dengan orang yang belum kenal secara wajah. Begitulah yang aku rasakan ketika harus bertemu Ejie, salah satu teman dari Jakarta. Sebelumnya kami hanya berinteraksi melalui sebuah grup Whatshapp saja, Grup Blogger Deswita. Sempat aku mengira dia itu laki-laki, ternyata dia seorang cewek.

Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng

Ke Dieng Bareng Blogger Yang Takut Nasi: part#1

Rencana hari itu kami mau ke Dieng dengan temen-temen grup blogger Deswita (gak semuanya ya, karena ada banyak acara yang tabrakan dihari yang sama). Mereka diantara adalah mbak Wati dan keluarga yang pada akhirnya menyusul, Deta dan Mauren juga. Mereka turut ke Dieng untuk mengikuti acara Ritual Potong Rambut Gimbal di tepi Telaga Cebong, Desa Sembungan, atau lebih terkenalnya kaki Bukit Sikunir.

Membahas tentang Ejie, ternyata dia ketiduran di bus sampai terminal Mendolo, Wonosobo, melenceng sedikit dari titik awal penjemputan yang sedianya di Taman Plaza. Sebelumnya lewat Chat WA Ejie ngomong minta cari sarapan selain Nasi, "Mas Manjie nanti kita cari sarapan bubur ayam atau bubur kacang ijo aja ya" kata Ejie dalam chatnya dan aku amini saja, karena aku pikir wajarlah perjalanan jauh dari Cikarang sampai Wonosobo cari sarapan yang ringan.

Singkatnya, dari mendolo kita langsung naik ke Dieng menuju Homestay Dewi Dewi milik mas Sumar yang belum dipasangi plang nama😂😂 lewat jalur lingkar utara, karena masih agak jauh dan muka Ejie masih "bereng" karna belum kena air aku ajak mampir ke tempat mbak Kartini di Andongsili, sapa tahu pingin cuci muka hahahaha...

Sampai rumah mbak Kartini, Ejie kaget karena di rumah itu terpajang berbagai macam makanan berbagai merk, ya iyalah kan tempat dagangan Camilan andriani dipajang, mie ongklok instan, saba tea dan lain lain memang ada di sini. Duh malah promosi😂😂😂😂 Setelah acara kenalan dan ngobrol cukup perjalanan berlanjut, kami mencari sarapan sembari naik lurus ke arah Dieng, berharap ada yang jual bubur ayam atau bubur kacang ijo yang akhirnya nongol di depan kantor Pos kecamatan Kejajar, itupun penjual kacang ijo keliling pake motor.

Debat antara dibungkus atau dimakan ditempat pake mangkok membuat penjual bubur bingung hahahha... aku minta dibungkus aja pake plastik, Ejie minta dimakan ditempat pake mangkok, "Ngurangi Sampah plastik mas" ujarnya kekeh pada pendirian. alhasil ngalah deh, makan bubur kacang ijo di pinggir jalan.

Perjalanan dilanjut, jalanan macet saat sampai di desa Setieng. Ada pawai dalam rangka merayakan Rangkaian Hari Jadi kabupaten Wonosobo ke 193 di desa Setieng. Akhirnya kami putuskan untuk berhenti saja di desa Setieng sekalian Ejie numpang kamar kecil ke rumah warga. Nunggu Ejie ke kamar kecil aku bantu-bantu truk muatan pasir yang kesulitan berhenti di tanjakan, batu pengganjal ban truk cukup membantu hehehhe. (sok pahlawan). Kemacetan akhirnya terurai setelah kurang lebih 30 menit mengular dan Ejie belum nongol, jangan-jangan ilang ni anak hahahaha....
Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng
dicari ternyata lagi ngerumpi dan makan opak
Celingak-celinguk cari si Ejie kira-kira tadi numpang dirumah warga yang mana, nah pas nyari nyari kulihat ada bapak-bapak yang lagi mengasah pisau potong daun tembakau dan aku samperin, pikirku daripada gak ada kerjaan buat video aja dirumah orang yang lagi motong daun tembakau ... eh ternyata Ejie lagi asik ngobrol di dalam rumah itu sambil nguyah opak dan minum teh panas.

Musim Tembaku dan Industri Rumahan Tembakau Garangan Desa Setieng

Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng
perlu keahlian khusus pekerja tembakau musiman 
Memasuki bulan Juli hingga September Wonosobo dan sekitarnya memang sedang musim tembakau, para pengrajin tembakau musiman pun bekerja. Tembakau Setieng agak berbeda dengan tembakau untuk industri rokok, olahan tembakau di sini adalah tembakau pres dan di oven (garangan/panggan), semua kegiatan mulai dari pemotongan hingga pres sampai panggang dilakukan manual.
(lain waktu kita bahas detail ya)

Pagelaran Budaya Babad Tanah Dieng

Desa Sembungan, Dieng. Setelah istirahat mandi dan seterusnya meluncur ke desa tertinggi di Jawa untuk melihat rangkaian Pagelaran Budaya Babad Tanah Dieng yang salah satu acaranya Ritual Potong Rambut Gembel, berjejer dengan moge-moge yang menuju ke tempat yang sama kami melaju di jalanan beraspal. 

Tepat di tepi Telaga Cebong acara ritual diadakan sudah penuh dengan pengunjung, kebetulan ada mang Sarif, mang Sarif adalah anggota suku Badui Luar yang sudah lama menetap di seputaran wilayah Dieng sebagai salah satu tokoh spiritual yang sering membatu di berbagai acara ritual yang diadakan masyarakat setempat, jadi sekalian saja aku kenalkan kepada Ejie.
Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng
mang Sarif, suku badui luar (tengah) yang terdampar lama di Dieng
Seperti halnya daerah lain di sekitar pegunungan Dieng dan lereng Dieng, budaya ritual ini masih dilaksanakan mengingat kepercayaan masyarakat tentang titisan Kyai Kolodete yang berupa anak berambut gembel. Menurut kepercayaan masyarakat Dieng dan sekitarnya, anak berambut gembel harus diperlakukan istimewa, tak terkecuali di wilayah desa Sembungan, Kecamatan Kejajar Wonosobo, Jawa Tengah.

Konon, anak berambut gembel tidak boleh dipotong rambutnya sembarangan. Bila dipotong tanpa ritual mereka akan sakit, demam panas yang hebat akan dirasakan oleh anak-anak tersebut dan rambut gembel akan tumbuh kembali. Untuk itu Ritual Potong Rambut Gembel diadakan meski tidak rutin tiap tahun mengingat hanya anak terpilih saja yang rambutnya tumbuh gembel.
Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng
kiteknya sama, Ejie dan Febriana
Ritual Potong Rambut Gembel kali ini hanya ada dua peserta, Luthfiya, 9th, ingin sepeda dan Febriyana Amelia Putri, 6,5th, ingin gelang, kalung (emas), kosmetik (lipstick). Permintaan bocah istimewa ini harus dituruti, karena jika permintaan tidak dituruti meski ritual dilaksanakan rambut gembel akan tumbuh kembali pada kedua bocah itu. Ejie sepertinya sangat tertarik kepada dua bocah itu, bahkan sempat Ejie memberikan lipstic yang ia bawa kepada Febriana yang dalam ritual itu menginginkan sebuah lipstic.
Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng

Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng
saking senangnya Ejie ngsih lipsticnya sampai dibela-belain memakaikan lipstic ke Febriana
Dalam ritual, rambut gembel yang telah dipotong dilarung ke telaga Cebong, sebelah timur desa Sembungan. prosesi pelarungan juga tidak boleh sembarangan karena yang memotong rambut gembel juga wajib ikut melarung. Ajaib, percaya tidak percaya seolah-olah alam merestui kegiatan ritual ini terjadi, karena sebelum ritual potong rambut dimulai hingga prosesi pelarungan, kabut tebal melingkupi seluruh area dan saat prosesi pelarungan selesai hingga pelarung kembali mendarat ke tanah berangsur-angsur kabut tebal menyibak dari area ritual.

Acara ritual cukur rambut gembel dilanjut dengan berebut gunungan hasil bumi dan sesaji lainnya, di akhir pembagian itu kulihat nasi kuning masih banyak dan meminta sedikit berharap doa yang ada didalamnya memberi jalan berkah (sebenarnya aku lapar), dengan kertas pembungkus nasi aku bawa sebagian nasi kuning ke Ejie dan kulihat wajah pucatnya.....

Hahahahaha..... ternyata pucatnya Ejie karena melihat nasi, ya aku kan tidak tahu kalau dia takut nasi.

Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng

Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng

Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng

Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng
selfie ddulu bareng Bupati Wonosobo (paling kanan) dan Kepala Dinas Pariwisata Wonosobo (nomor 3 dari kanan)
baca juga;
Ride To Golden Sunrise 2018 : Acara Club Motor Pertama yang Saya (Nekat) Ikuti

Sitkom Keluarga Surya, Sayang Anak Dengan Menjadi Teman Curhat

  • Share:

You Might Also Like

0 comments