100 Jam di Kota Pekalongan , Part#1: Perkenalan

By Manjie - 10.56

Pekalongan
nunggu om Sarburiyono selfi dulu deh

100 Jam di Kota Pekalongan , Part#1: Perkenalan, - Memenuhi undangan kawan baru  dikomunitas blogger (om Sarbu) untuk datang di Pekalongan saat HUT Pekalongan ke-112 adalah sebuah tantangan tersendiri, mengenal dan datang kesana  statusnya sama dengan datang ke Jogja, tidak hapal jalan dan sering nyasar hehehehe...

Day 1

Dari Wonosobo  travel  berhenti tepat didepan Stasiun Poncol Semarang, dan naik kereta api menjadi pilihan, ini adalah pengalaman pertama kali naik kereta api sendirian (gitu kok pernah ngaku traveler Hahaha...)  agak grogi sih, sebab harus mengurus semua sendiri, langsung  bayar tiket atau bagaimana dulu gak paham hahahahaha.. akhirnya tanya scurity yang lagi lewat “Langsung beli tiket di loket saja mas, 10 menit lagi kereta berangkat” terangnya sembari mengantarku keloket.


Olahan Bandeng di Pekalongan.


Pekalongan
Bandeng Crispy

Al kisah.. sampai di Pekalongan  dijemput om Sarburiyono dan langsung diajak makan olahan bandeng di Bandeng Bakar Juwono tempat  kenalannya.  Ada sebuah menu yang dipesan om Sarbu yang membuat agak kaget “Garang Asem Bandeng” jadi ingat beberapa waktu lalu sempat diajak teman makan garang asem juga di Kota Pekalongan, tapi garang asemnya pakai daging sapi yang sangat mirip dengan brongkos di Wonosobo. Duh liur mengalir deras saat membayangan kuliner Nusantara yang seger-seger yang tiba-tiba melintas. Segarnya asem–asem ikan di kota Lasem tiba-tiba juga melintas (hahaha.. apa-apan si ini) dan kuliner Nusantara memang tiada duanya.

Sebab lagi demen sama kegiatan rekam video, jadi semua kegiatan kuabadikan dengan shot video. Dengan begitu dapat 3 keuntungan:  (1) dapat video,( 2) dapat juga rekaman suara yang artinya dipermudah untuk ditulis dalam blog (3) dan yang terakhir kalo kepepet video bisa di screnshot untuk dokumentasi foto. Kreatif  ya? Oh ya, ternyata om Sarbu sedang diet nasi,al hasil semua makanan dari garang asem, bandeng crispy  dan tempe crispy tidak jadi dibagi dua, tapi aku yang harus habiskan sampai gak muat perut ini, eh malah dibilang cemen sama om Sarbu hahaahha..

Satu lagi, ternyata disalah satu sudut etalase tempak kami makan ada setumpuk kemasan Carica buatan Dieng Agripina, ternyata oleh-oleh khas Dieng ini tersedia juga di Pekalongan.

Setelah menyerah dengan makanan dari olahan Bandeng, kami  menuju di GOR Jatayu Kota Pekalongan, tepatnya di markas Dewan Kesenian Kota Pekalongan. Om Sarbu mengenalkan rekan-rekan dewan Kesenian yang kebetulan sedang berkumpul, Ketua Dewan Kesenian yang kesehariannya  berada di markas ini mengajak berbincang dengan akrab seolah  berbincang dengan teman lama, tersanjung aku diperlakukan layaknya saudara jauh yang datang bertandang. Om Ragil namanya, hampir lupa ku perkenalkan nama ketua dewan Kesenian Kota Pekalongan ini, pria asli kelahiran Jogja ini  berprofesi utama sebagai guru kesenian di salah satu sekolah menengah atas di Kota Pekalongan.

Obrolan bersama om  Ragil  semakin seru dan serius,  membahas tentang seni budaya  hingga sosial masyarakat budaya menjadi  pilihan topik obrolan.  Latar belakang masyarakat seni dan problematika  didalamnya seakan tidak pernah bisa selesai dibahas, tetapi pada tahapan akhir obrolan dapat disimpulkan “bahwa sebenarnya yang namanya seni itu sangatlah sederhana, yang menjadikannya rumit hanyalah kepentingan didalamnya”.

Malam di Pekalongan semakin larut, datang satu lagi  seseorang yang sempat membuat agak grogi. Beliaulah om Dirham, diperkenalkan sebagai ahli sejarah kota Pekalongan  dan itulah yang membuat saya pusing. Bagaimana tidak pusing semenjak datang bobot obrlolan dari siang hingga larut malam  semuanya berbobot, materi menulis sudah seabreg untuk ditulis kebayang bagaimana penderitaan saat menulis hahahaha.., kini ditambah ketemu om Dirham yang bercerita tentang sejarah kota dan sejarah batik Pekalongan,  rasa penasaran yang terus dipancing ini menjadi tambah pingin tahu  setiap sudut kota Pekalongan, dan rasa ingin tahu ini tidak dapat saya tahan hingga malam di kota Pekalongan berganti pagi.

Bersambung. 




  • Share:

You Might Also Like

0 comments