Pesona Sunrise Bukit Kendeng Desa Curug Sewu Patean Kendal

By Manjie - 17.23

Pesona Sunrise Bukit Kendeng Desa Curug Sewu Patean Kendal, - Dalam Chat Grup Whatsapp komunitas blogger sepakat yang bisa merapat ke Curuk Sewu Hanya 2 orang, aku dan Gus Wahid. Seperti biasa masih menikmati perjalanan jauh dengan naik bus umum dengan alasan mengurangi peredaran motor/mobil pribadi di jalan raya (alasan tepat saat gak ada kendaraan pribadi).

Curuk Sewu
mengabadikan sunrise Bukit Kendeng Desa Wisata Curug Sewu

Pesona Sunrise Bukit Kendeng Desa Curug Sewu Patean Kendal

Alkisah janjian dengan Artsenta di Parakan yang konon mau nitip kopi Posong untuk Gus Wahid, dari Terminal Wonosobo bus menuju Parakan, Temanggung dengan ongkos Rp. 15.000 (biasanya sih cuma Rp. 10.000 tapi berhubung suasanan masih lebaran ya biarkanlah bagi-bagi berkah lebaran pikirku). Turun di pasar Parakan, Temanggung Artsenta telah menungguku bersama istrinya, berbasa-basi sejenak sembari makan siang pake mie ayam provoksi dimulai hahahaha... Dasarnya Arsenta pingin ikut kegiatan, ia rayu istrinya untuk ikut kegiatan di Curug Sewu dan aku bantu untuk meyakinkan pasangan baru itu untuk berangkat hingga endingnya berhasil hahahahah....

Bertiga perjalananpun dilanjut menuju arah Desa Curug Sewu, Kendal menggunakan mobil Artsenta, di halaman Balai Desa Curug Sewu sudah ramai oleh anggota FK Deswita yang hadir, suguhan tuan rumah welcome dance Tong Tong Tek yang dipersembahkan rekan-rekan Deswita Permata Bukit Kendeng (PBK) masih bisa dinikmati bersambung dengan musik gamelan yang terus mengiringi kehadiran tamu undangan.

Setelah absen kami dipersilahkan istirahat ke homestay, namun karena Gus Wahid belum hadir ya kami tunda dulu sekalian melihat suguhan kesenian di halaman Balai Desa. Selang waktu akhirnya Gus Wahid telpon, ternyata nyasar menuju Obyek Wisata Curug Sewu hahahahhaah....

Curuk Sewu


Curuk Sewu


Curuk Sewu

Seperti biasa dikegiatan FK Deswita, malam pertama selalu jadwalakan untuk berdiskusi antara pengurus dan anggota FK Deswita, kami para blogger jadi saksi (hahahha.. kan kami bukan pengurus) kesimpulan diskusi malam ini adalah bahwa pengelola Deswita bukanlah pengelola obyek wisata. Sebab jika pengelola obyek, maka mereka wajib menjual tiket masuk, sedangkan pengelola Deswita, dituntut mampu menawarkan paket-paket wisata menarik dan menjual potensi desanya masing-masing yang berupa destinasi atau atraksi. Jadi pengelola Deswita sangat dituntut akti dalam mengkreasikan potensi serta mengolah paket-paket wisata.

Curuk Sewu
diskusi diawali dengan pertunjukan seni bocah 

Aktif dan Kreatif adalah tuntutan sebagai pengelola Deswita

Malam semakin larut, jarum jam menunjukkan pukul 23.00 Wib, dan kami masih asik dengan suguhan Reog Bujang Ganom, belasan pemuda tiba-tiba trance, kesurupan massalpun terjadi . Namun uniknya, mereka dapat diajak berkomunikasi, bercanda juga bisa hahahaha...
Inilah bedanya Reog di Curug Sewu dengan tempat lain. Lebih mengagumkan lagi mereka tidak dapat menulari kesurupan kepada selain anggota mereka sendiri. Hal ini dikarenakan untuk dapat dimasuki Danyang (roh halus leluhur menurut pemahaman mereka), mereka wajib menjalani ritual tertentu serta membuka cakra diri termasuk puasa mutih 40 hari dan tidak boleh melakukan mo-li-mo (main/judi, madon/berzina, maling/mencuri, minum/mabuk dan madat/narkoba).

"Jadi tidak sembarang orang. Dan yang kami undang untuk merasuki adalah danyang kampung sini bukan setan. Ini adalah roh putih bukan roh hitam, jadi mereka yang kesurupan masih bisa diajak berkomunikasi bahkan ada yang dapat membaca al Quran dengan baik," terang sesepuh Bujang Ganom, Pak Teguh.

Curuk Sewu

Kejadian kesurupan massal terus bersambung estafet secara terus menenus kepada anggota kelompok kesenian secara bergantian, malam semakin larut, satu persatu penonton bubar sebelum pertunjukan selesai. Hingga akhirnya tinggal anggota kesenian dan beberapa panitia saja yang tersisa, aku, Gus Wahid, Artsenta dan istrinya masih bertahan karena penasaran, hingga akhirnya ending pertunjukan tetua dari kelompok kesenian Reog Desa Curug Sewu kemasukan Danyang, semua anggota berkumpul dan mendengarkan petuah sang Danyang yang merasuki tubuh tetua kelompok.

Curuk Sewu


Curuk Sewu
kesurupan massal 
Pukul 01.00 Wib.kami menuju homestay yang sudah disediakan sebelumnya, beruntung pemilik rumah yakni pak Supriyanto ternyata juga pengurus Deswita PBK yang juga sekaligus Kadus. Kami ngobrol kian kemari mengorek potensi lain dari Desa Curug Sewu hingga pukul 03.00 Wib, yah.. begadang lagi deh.
Ada hal menarik di Desa ini, menurut pak kadus di Desa Curug Sewu Patean ini ada satu kawasan kampung Aceh, "Nanti bila kalian menuju Bukit Kendeng untuk melihat Sunrise ada sebuah kampung yang dihuni oleh orang-orang asli Aceh yang dulu mengungsi saat kerusuhan GAM terjadi di Aceh" terang pak kadus, sesuai keterangannya ada sekitar 13 KK di kampung Aceh itu.

Kampung Aceh di Desa Curug Sewu

Tak terasa Adzan Subuh mengakhiri istirahat kami yang hanya beberapa puluh menit, suasana gelap masih melingkupi desa dengan angin dingin yang berlahan menusuk di sela-sela jaket kumalku. Sesuai yang diceritakan pak Kadus perjalanan menuju Bukit Kendeng dengan berjalan kaki kurang lebih 10 menit, mendekati Bukit Kendeng terlihat samar rumah warga yang disebutkan pak Kadus sebagai Kampung Aceh, suasana Kampung Aceh masih lengang pagi itu.

Sesampai di Bukit Kendeng angin terus menghembus dengan cukup kencang hingga kami menggigil saat menunggu datangnya matahari terbit dari ufuk timur, ternyata kami datang terlalu pagi hingga suasana gelap yang masih melingkupi Bukit Kendeng sepi tanpa orang selain kami berempat.

Pukul 06.30 Wib matahari masih nampak malu-malu, sepertinya kami kurang beruntung pagi ini sebab cakrawala terhalang awan sehingga mentari tak bersinar sesuai harapan kami. Smartphone andalan telah lama terpasang pada tripot untuk mengabadikan momen matahari terbit, semantara tangan telah menggenggam kamera butut dengan tele 70-300 mm hasil pinjam hahahaha....

Curuk Sewu


Curuk Sewu

Curuk Sewu

Laut Jawa, gemerlap lampu Kota Semarang nampak meski kecil-kecil, sementara disebelah selatan Gunung Ungaran nampak menjulang, samar-samar diseberang bukit terlihat gardu pandang Obyek Wisata Curug Sewu terlihat eksotis dibibir lereng bukit. Berlahan cahaya matahari menerangi kami yang asik sendiri-sendiri, istri Artsenta kali ini jadi korban kejahilan kami bertiga. ehhh maksudnya jadi model objek foto. bila Artsenta dan Gus Wahid sibuk memotret 1 model aku sibuk memotret mereka bertiga yang sedang bergaya dan menjepret hahahahaha...

Ditengah asiknya kami membidikkan lensa kamera, satu-persatu peserta FK Deswita nongol untuk menikmati Sunrise pagi itu. Beberapa gazebo dan spot selfie telah dibangun di Bukit Kendeng Desa Curug Sewu Patean Kendal untuk menambah daya tarik pengunjung Deswita PBK, selain obyek utama yang sudah terkenal sejak lama yaitu air terjun Curug Sewu yang sudah dijadwalkan pada siang harinya.

Saat suasana terang baru kusadari ternyata disekeliling kami ditumbuhi oleh pohon kopi yang sedang berbunga dan berbuah, sepanjang perjalanan kembali ke homestay juga kulihat kanan kiri tanaman kopi yang sedang berbunga menebarkan bau harum disepanjang perjalanan kami.

Curuk Sewu

Obyek Wisata Curug Sewu

Obyek wisata yang sudah kudengar namanya sejak kecil ini ternyata dikelola oleh dua instansi yaitu Pemkab Kendal dan Perhutani karena lokasi air terjun berada di wilayah hutan. Dari yang kulihat hubungan antara pengelola obyek wisata dengan Pokdarwis Deswita PBK cukup akrab dan aku lebih tertarik untuk cari objek foto saja dari pada berbasa-basi menunggu acara FK Deswita hingga selesai.

Curuk Sewu

Curuk Sewu




  • Share:

You Might Also Like

0 comments